Proses Pemesinan (CNC machining)
Oleh:
I Gede Mahayatra
Proses Pemesinan (CNC machining)
I Gede Mahayatra
2.1
Pengertian Dasar Proses Pemesinan
Proses pemesinan
adalah proses pemotongan material menjadi bentuk benda kerja dengan menggunakan
perkakas potong yang dipasangkan pada mesin perkakas. Sedangkan mesin perkakas
adalah suatu mesin dimana energi yang dihasilkan mesin digunakan untuk
mendeformasikan dan selanjutnya memotong material kedalam bentuk dan ukuran
dengan kekasaran sesuai dengan yang diinginkan.
Kecepatan
pemotongan harus ditentukan agar waktu pemotongan sesuai dengan yang diinginkan
, permasalahan ini akan timbul dalam
setiap perencanaan proses pemesinan. Dalam
proses pemesinan terdapat lima elemen dasar yang harus diperhatikan dalam
perencanan proses pemesinan agar diperoleh waktu pemotongan yang efisien dan
produktifitas tinggi.
Sangat perlu
diperhatikan dalam proses pemesinan adalah pemilihan kecepatan pemakanan dan
kecepatan pemotongan, karena kecepatan pemakanan dan kecepatan pemotongan akan
menentukan kualitas permukaan komponen yang dihasilkan dari proses pemesinan,
termasuk gaya pemotongan yang dihasilkan akibat hal tersebut.
Kecepatan makan
dan kecepatan pemotongan yang semakin besar akan menghasilkan permukaan yang
kasar dan gaya potong yang berlebihan akan mempercepat keausan cutter atau terjadi patah pada cutter saat proses pemesinan berlangsung. Ada dua
jenis material yang sering digunakan untuk cutter
yaitu high-speed steel (HSS) dan
karbida. Cutter dengan jenis material
karbida lebih kuat untuk menahan gaya yang terjadi pada proses pemesinan
dibandingkan cutter yang terbuat dari
jenis material HSS. Oleh karena itu cutter
karbida mampu bekerja pada kondisi pemakanan dan kecepatan potong yang
tinggi.
Menurut jenis
gerak relative pahat/cutter terhadap
benda kerja proses pemesinan dapat diklasifikasikan yaitu:1. Proses
Pembubutan (Turning)
Bentuk yang dihasilkan biasanya
silindrik, dan gerak potong dilakukan oleh benda kerja dan gerak makan pada
pahat.
2. Menggurdi (Drilling)
Bentuk yang dihasilkan adalah silindrik
dalam.
3. Milling (
Mengefreis)
Bentuk yang dihasilkan adalah permukaan rata, silindrik, dan kontur.
Gerakpotong terdapat pad pahat dan gerak makan pada benda kerja.
4. Menggerinda
Rata (Surface Grinding)
Bentuk permukaan rata, gerak potong dilakukan oleh pahat dan gerak
makan pada benda kerja.
5. Sekrap
Bentuk permukaan rata atau kontur dengan gerak potong terdapat pada
benda kerja sedangkan gerak makan pada pahat
6. Memarut dan
Menggergaji ( Broaching dan Sawing )
Gerak potong dilakukan pahat, dan pemakananya dilakukan dengan
memarut.
2.2.Proses Milling
Milling ( freis) adalah operasi pemesinan dimana benda
kerja dipotong oleh pahat yang berputar dengan mata potong jamak. Sumbu putar
dari pahat yang berputar adalah tegak lurus dari arah pemakanan . Pahat dari
operasi milling dinamakan milling
cutter dan ujung potong dari pahat dinamakan teeth (gigi). Besarnya kecepatan makan pada proses miling
dipengaruhi oleh jumlah gigi (z) dari pahat miling yang digunakan karena untuk
kecepatan makan yang sama , gerak makan per gigi akan berbeda bila jumlah gigi
pada pahat berbeda.
Ditinjau dari posisi benda kerja terhadap pisau milling, proses milling dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Aksial.
Digunakan ketika pisau menghasiljkan permukaan sejajar dengan sumbu putar dari
pisau frais
b. Radial. Terjadi bila proses pemotongan dimana
pisau memproduksi permukaan tegaklurus terhadap poros putaran pisau frais
c. Menyudut. Ketika pisau frais menghasilkan
permukaan menyudut terhadap poros utama pisau frais
d. Pembentukan (Form) ketika pisau frais
mengfhasiljkan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan bentuk pisau miling.
2.2.1. Teknik Pemotongan.
Pemotongan adalah gesekan antara dua
material yang memiliki kekerasan yang berbeda dan menimbulkan deformasi pada
material yang memiliki kekerasan lebih kecil. Untuk pemotongan logam dikenal
dua macam metoda yaitu Up Milling dan
Down Milling. Up milling. Pada metode up
milling arah putaran cutter searah
dengan arah pemakanannya, pemotongan yang datangnya benda kerja
berlawanan dengan putaran sisi potong cutter. Pada
pemotongan ini hasilnya dapat maksimal karena meja (benda kerja) tidak tertarik
oleh cutter.
Gambar 2.
metoda pemotongan Up Milling
Sedangkan untuk down milling arah putaran cutter
berlawanan arah dengan arah pemakanannya. pemotongan yang
datangnya benda kerja seiring dengan putaran sisi potong cutter. Pada pemotongan
ini hasilnya kurang baik karena meja (benda kerja) cenderung tertarik oleh
cutter.
Untuk tipe gerakan pemotongan dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.
Sloting,
ujung dan kedua sisi cutter memotong secara bersamaan
membentuk alur pemotongan.
2.
Side
milling, permukaan
cutter yang melakukan pemotongan
adalah ujung cutter dan salah satu
sisi cuter.
3.
Drilling,
permukaan cutter yang melakukan
pemotongan adalah ujung cutter saja.
Sloting Side
milling Drilling
Gambar 4.
Gerakan pemotongan sloting ,side milling , dan drilling
Parameter pemotongan diperlukan agar
proses produksi dapat berlangsung sesuai dengan prosedur perencanaan.
Parameter-parameter pemotongan yang ditetapkan dalam proses milling akan
meliputi kecepatan potong, putaran spindel, dalam pemakanan, gerak makan per
gigi, kecepatan penghasilan geram dan waktu pemesinan.
2.2.2. Kecepatan
potong/cutting speed
Dalam menentukan kecepatan potong beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. material
benda kerja yang akan dipotong
2. material
pisau frais
3. diameter pisau
4. kehalusan
permukaan yang diharapkan
5. dalam
pemotongan yang ditentukan
6. Rigiditas
penyiapan benda kerja dan mesin
Untuk benda kerja yang berbeda kekerasannya,
strukturnya dan kemampuan pemesinaanya diperlukan penentuan cutting speed yang berbeda. Nilai
kecepatan potong dipengaruhi oleh diameter cutter
dan kecepatan putaran spindle. Cutting speed dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan :
Vc =
m/menit .................................................. (1)
Dengan:
Vc = cutting speed, ( m/menit)
D = diameter
pisau frais ( mm)
n = putaran
spindle utama (rpm)
Table 1 Kecepatan potong bahan teknik
NO
|
Bahan Benda kerja
|
Vc (m/menit)
|
1
|
Kuningan, Perunggu keras
|
30 – 45
|
2
|
Besi tuang
|
14 – 21
|
3
|
Baja >70
|
10 – 14
|
4
|
Baja 50-70
|
14 – 21
|
5
|
Baja 34-50
|
20 -30
|
6
|
Tembaga, Perunggu lunak
|
40 -70
|
7
|
Allumunium murni
|
300 – 500
|
8
|
plastik
|
40
- 60
|
Untuk melakukan
proses milling dengan kedalaman potong yang besar direkomendasikan
menggunakan kecepatan potong yang rendah, agar tidak terjadi defleksi dan
getaran pada material yang dipotong sehingga permukaan potong yang dihasilkan
lebih halus.
2.2.3. Penentuan Putaran
Spindle
Putaran spindle sangat berpengaruh terhadap
kecepatan potong dan waktu pemotongan. Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan putaran pisau frais antara lain:
a. Material
yang akan di frais
b. Bahan
pisau frais
c. Diameter
pisau frais
Kombinasi ketiga faktor tersebut akan
menentukan putaran spindle yang tepat untuk proses pemesinan.
2.2.4. Feeding.
Feeding untuk proses milling dibedakan
menjadi tiga type, yaitu
1. Feed per minute:
Pergerakan meja dalam mm pada waktu 1 menit
Satuannya mm/menit.
2. Feed per cutter revolution:
Pergerakan meja dalam mm pada 1 kali putaran milling cutter. Satuannya mm /
revolution.
3. Feed per tooth:
Pergerakan meja dalam mm selama waktu cutter yang berputar pada benda kerja
dari satu mata potong ke mata potong berikutnya. Satuannya mm/tooth.
Besarnya gerak
makan tiap gigi pada cutter dapat dirumuskan sebagai berikut:
F =
mm/menit .............................................................
(2)
Dimana:
Vf = feed rate mm/menit
f = gerak makan, mm/putaran
n = putaran spindle rpm
Feed dapat
dinyatakan sebagai rasio gerak benda kerja terhadap gerak putar pisau frais.
Dalam menentukan feed, kita harus
memperhatikan faktor yang mempengaruhi nilai feed yaiu , jenis cutter , dalam pemotongan ( depth of cut), kualitas permukaan yang
dihasilkan, dan performa mesin.
Kedalaman pemotongan sangat menentukan
kehalusan permukaan material yang dipotong. Untuk memperoleh permukaan potong
yang halus direkomendasikan menggunakan pemakanan yang kecil sehingga kedalaman
potong harus diturunkan. Feeding juga
harus memperhatikan jenis cutter yang
digunakan, bagaimana dimensi cutter ,
dan material cutter harus disesuaikan
dengan material yang akan dipotong. Besarnya nilai feeding juga harus memperhitungkan performa mesin. Mesin-mesin yang
usianya sudah tua tentunya kemampuan dalam pengerjaan dengan feeding yang tinggi sulit dilakukan.
2.2.5. Dalam
pemotongan
Pemakanan dalam proses frais meliputi pemakanan
kasar dan pemakanan halus (finishing). Pada pemakanan kasar dalam pemotongan
dapat ditentukan pada kedalaman maksimal (lebih dalam). Pada pemotongan yang
berat dapat digunakan pisau dengan gigi helik dan jumlah gigi yang lebih
sedidkit. Pemotongan dengan
jumlah gigi potong lebih sedikit akan menghasilkan
pemotongan yang lebih kuat dan lebih mempunyai kelonggaran yang lebih besar
daripada banyak gigi. Pemotongan halus (finishing) dilakukan secara ringan
(light) daripada pemotongan kasar. Dalam pemotongan pada pemakanan kasar
biasanya tidak lebih dari 1/64 inchi (0,39 mm). Dalam pemakanan halus, feed
harus dikurangi daripada pemotongan kasar, sedangkan putaran pisau dipercepat.
2.2.6.
Gerak makan per gigi, Fz
Besarnya gerak
makan tiap gigi pada cutter dapat dirumuskan sebagai berikut:
f
= fz . z mm/gigi .......................................................
(3)
Dimana:
z
=
jumlah gigi, buah
f = gerak makan, mm/putaran
Fz = Gerak makan
per gigi, mm/ gigi
2.2.7. Waktu pemotongan
Lama
waktu pemotongan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tc =
menit ……………………………………… (4)
keterangan:
lt = lv + lw + ln mm
lv = 1 , untuk mengefrais datar
lv
0 untuk
mengefrais tegak
lv
0 untuk
mengefrais datar
ln ≈ d/2 untuk
mengefrais tegak
2.3.
Cutting
Condition Pada Proses Milling
Dalam proes milling selain feedrate dan
cutting speed yang perlu diperhatikan
adalah material yang dipotong yang menentukan jenis cutter yang akan dipergunakan. Kecepatan potong ditentukan oleh
diameter luar milling cutter dan
putaran spindle. Untuk melakukan milling dengan
kedalaman potong yang besar direkomendasikan menggunakan kecepatan potong yang
rendah, untuk mengurangi defleksi dan getaran yang tinggi pada material yang
dipotong.
Pemakanan merupakan faktor utama penentu produktifitas proses pemesinan.
Rekomendasi dari pemakanan dipengaruhi oleh material yang akan dipotong,
material cutter , dan kedalaman
potong dimana umur pahat sangat diperhitungkan. Pemakanan pada milling biasanya dinamakan pemakanan per
gigi cutter atau chip load. Yang menyatakan ukuran geram yang terpotong pada setiap
mata potong cuuter. Pemakanan tiap
gigi menentukan feedrate dan
dipengaruhi puteran spindle dan jumlah gigi (mata potong) pad cutter. Hubungan antara feedrate , pemakanan per gigi dan jumlah
mata potong dapat dirumuskan :
Feedrate
= T x Z x N
Dimana:
T = Feed per tooth ( mm/gigi)
N = Kecepatan putaran
spindle ( rpm )
Z = Jumlah mata potong
Feed per tooth akan berubah bila kedalaman potong berubah juga. Pada
operasi milling untuk pengerjaan membentuk alur atau slot umumnya kedalaman potong yang digunakan yaitu
diameter cutter.
Gambar 5. Proses Slotting
Jika kedalaman potong dinaikan sampai sama dengan ukuran diameter cutter maka pemakanan harus
diturunkan 50 %. Untuk produktifitas
yang tinggi penggunaan cutter dengan
mata potong yang banyak diharapkan menggunakan kedalaman potong yang rendah.Hal
ini dikarenakan terbatasnya kemampuan mata potong cutter dan untuk menghindari kerusakan pada cutter.
Tipe operasi Side milling adalah
proses milling untuk pembentukan rata
suatu permukaan.1,5 D x 0,1 D (axial dan radial) untuk pemakananya. Bila arah
radial diubah menjadi 0,3 D maka kecepatan makan dikurangi 50 % dan bila
dibawah 0,05 D ( untuk finishing ) ditingkatkan 20 % - 30 %
Gambar 6. Proses Side milling
Rekomendasi tipe operasi yang lain adalah Side and facemilling merupakan proses milling untuk pembentukan dua permukaan.Umumnya kedalaman potong
yang dipakai untuk arah axial 1,5 D dan untuk arah radial 0,5 D.
Gambar7. Proses Side
milling and face mill
Proses Hemstiching adalah proses
milling yang dilakukan dengan
memotong permukaan berulang-ulang dengan kedalaman potong tertentu. Pembentukan
radius pada permukaan digunakan Ball Nose cutter
. Semakin besar radius cutter akan
semakin baik efisiensi pemotonganya.
Gambar 8. Proses pembentukan radius
Jadi bila inggin memperoleh kualitas permukaan yang baik harus dilakukan
dengan pemakanan yang kecil.
2.4.Milling Cutter.
Dalam menentukan alat potong atau cutter yang akan kita gunakan dalam
proses pemesinan, beberapa hal yang perlu kita perhatikan yaitu:
2.4.1. Jenis Milling Cutter.
Pada proses pemesinan keberhasilannya sangat
ditentukan oleh ketepatan pemilihan pahat yang sesuai. Dua
jenis utama pahat miling adalah pahat miling selubung (Slot Miling Cutter) dan pahat miling muka (
Face Miling Cutter).
Faktor lain
adalah posisi benda kerja terhadap pisau milling.
Pada dasarnya pisau milling dibagi
menjadi dua kategori yaitu pisau frais solid dan insert (pisu sisip). Pisau
solid adalah pisau frais yang gigi-giginya menyatu dengan bodi pisau. Bentuk
giginya dapat berupa gigi lurus atau gigi miring terhadap poros pisau. Pisau
frais solid biasanya terbuat dari stainless steel. Pisau inserted (sisip)
adalah pisau dengan mata pisau yang disisipkan atau dipasangkan pada tubuh pisau.
Mata pisau sisip ini biasanya terbuat dari High Speed Steel (HSS) atau Cemented
Carbide. Beberapa macam pisau yang umum dipergunakan pada proses machining antara lain
1. End Mill Cutter
End Mill Cutter
merupakan pisau solid dengan sisi dan gagang yang menjadi satu. End mill dapat digunakan untuk proses milling muka, horizontal, vertikal,
menyudut atau melingkar. Operasional umumnya termasuk pembuatan alur.
pockets (kantong), shoulders (tingkat), permukaan
datar dan pengefraisan
bentuk. End
Mill sebagian besar digunakan pada mesin frais vertical meskipun tidak
menutup kemungkinan dipakai pada mesin frais horizontal. Terdapat berbagai
macam bentuk end mill dan biasanya terbuat dari HSS, cemented carbide, atu gigi
comented carbide yang disisipkan.
Macam-macam end mill tersebut antara lain:
Ø End mill dua
mata (two flute). Pisau ini hanya mempunyai dua mata
potong pada selubungnya. Ujung sisi didesain untuk
dapat memotong
hinggga ke center. Pisau ini dapat digunakan
sebagaimana bor dan
dapat pula digunakan untuk membuat alur.
Ø End mill
dengan mata potong jamak. Pisau ini mempunyai tiga, empat,
enam atau delapan sisi potong
Ø Ball end mill.
Pisau ini digunakan untuk pengefraisan fillet atau alur
dengan radius pada permukaannya, untuk alur bulat,
lubang, bentuk
bola dan untuk semua pengerjaan bentuk bulat
2. Pisau Muka (Face Mill Cutter)
Adalah pisau bentuk khusus dari pisau end mill
besar. Pisau ini dibuat
dengan ukuran 6 “ atau lebih. Face milli cutter
biasanya mempunyai mata
potong sisip (inserted).
Gambar 9. Pisau Muka
Pisau ini dipasangkan langsung pada holder dan digunakan
untuk menghasilkan permukaan datar.
3. T-Slot Milling Cutter.
Merupakan pisau tipe end mill khusus yang didesain
untuk pemotongan alur T, seperti pada meja mesin frais.
2.4.2.
Material pahat/milling cutter.
Pisau miling atau gigi pisau miling pada umunya
terbuat dari bahanbahan high speed steel, cemented carbide atau cast alloy.
Pisau frais dapat dibedakan mejadi pisau frais solid dan pisau frais inserted.
Tipe solid dibuat dibuat dari material solid seperti HSS atau dibuat dari
carbon steel, alloy steel, atau HSS dengan gigi cemented carbide yang dibrasing
pada bodi pisau. Pada pisau frais sisip gigi-giginya dibuat dari HSS, cast
alloy, atau cemented carbide. Body/tubuh pisau biasanya dibuat dari alloy steel
untuk menghemat ongkos. Pisau inserted dapat dilepas apabila telah mengalami
kerusakan/tumpul untuk diganti dengan yang baru.
Bahan cutter sangat berpengaruh terhadap kemampuan
cutter dalam menyayat benda kerja. Milling
cutter dibuat dari berbagai jenis bahan antara lain :
1) Unalloyed tool steel
Adalah baja perkakas bukan paduan dengan kadar
karbon 0,5 – 1,5% kekerasannya akan hilang jika suhu kerja mencapai 2500 C,
oleh karena itu
material ini tidak cocok untuk kecepatan potong tinggi.
2) Alloy tool steel
Adalah baja perkakas paduan yang mengandung karbon
kromium, vanadium dan
molybdenum. Baja ini terdiri dari baja paduan
tinggi dan paduan rendah. HSS (High Speed Steel) adalah baja paduan tinggi yang
tahan terhadap keausan sampai suhu 6000C.
3) Cemented Carbide
Susunan bahan ini terdiri dari tungsten atau molybdenum,
cobalt serta carbon. Cemented Carbide biasanya dibuat dalam bentuk tip yang pemasangannya
dibaut pada holdernya (pemegang cutter). Pada suhu 9000C bahan ini masih mampu
memotong dengan baik, cemented carbide sangat cocok
untuk proses pengefraisan dengan kecepatan tinggi. Dengan demikian waktu
pemotongan dapat
dipersingkat dan putaran yang tinggi dapat menghasilkan
kualitas permukaan yang halus.
2.4.3
Jenis
Material Benda Kerja.
Dengan mengetahui bahan yang akan disayat maka kita
akan dapat menentukan jenis cutter yang sesuai dipergunakan untuk memotong
material serta kecepatan potong yang sesuai. Kecepatan potong dari suatu bahan
tidak dapat dihitung
secara matematis melainkan hanya dapat diketahui dengan
melihat pada tabel dari buku referensi bahan tersebut. Berikut ini adalah table
kecepatan potong
beberapa material.
2.5. CNC Mlling Machine .
Di bidang industri, komputer telah dipergunakan
untuk mengontrol mesin-mesin produksi dengan ketepatan tinggi (misalnya CNC,
sebuah mesin serba guna dalam industri metal) sehingga dapat kita jumpai
berbagai produk industri logam yang bervariasi dan kita bayangkan sulit apabila
dikerjakan secara manual.
Dalam pembuatan part untuk
pesawat sebagian besar prosesnya menggunakan
mesin Computerizes Numerical Control atau CNC. CNC merupakan suatu type
kendali yang menggunakan informasi-informasi numeric yang terdiri dari
gerakan mesin, kondisi pemesinan pemilihan pahat dan penggunaan pendingin
disimpan sebagai memori dalam sutu bentuk program pada sistem CNC informasi
numeric tersebut diubah menjadi suatu deretan pulsa dan melalui konventor yang dapat memerintahkan motor steping untuk
berputar sesuai jumlah pulsa yang diterima.
2.5.1.
Komponen
Sistem Mesin CNC
Dalam pemesinan
dengan system CNC, terdapat tiga komponen pokok yaitu :
1. Program
perintah
Program perintah merupakan sekumpulan langkah-langkah terperinci
yang berisikan perintah-perintah yang akan dikerjakan mesin perkakas. Program
perintah ini berupa kode-kode simbolik atau numeric yang direkam menggunakan
media input seperti pita magnetis, disket ataupun disc.
2. Machine
control unit (MCU)
MCU merupakan pusat kendali
dari mesin CNC yang terdiri dari Data Procesing Unit (DPU) dan Control Loop
Unit (CLU). DPU akan menterjemahkan kode numerik yang diterima dari sarana
msukan selanjutnya disampaikan kepada CLU. Data-data dari DPU berupa data
posisi untuk tiap sumbu arah kecepatan
dan fungsi-fungsi tambah . Perintah dari DPU ini akan dikerjakan satu persatu.
Jika sudah selesai , maka CLU akan mengirim sinyal kembali ke DPU dan DPU akan membaca perintah selanjutnya.
3. Mesin
perkakas
Mesin perkakas terdiri dari
motor penggerak, spindle, dan beberapa fungsi lainya. Gerkan dari mesin
perkakas sesuai perintah program . Pada mesin CNC pergantian cutter dilakukan secara otomatis.
2.5.2.
Prinsip
Kerja Mesin CNC
Data teknis dan
geometri pada mesin CNC diinformasikan dengan tipe memori informasi yang
meliputi pergantian pahat (Tool Change),
kecepatan pemakanan ( federate),
kecepatan pemotongan (cutting speed),
kecepatan spindle ( spindle speed), dan
pndingin (lubrification). Informasi
dalam bahasa khusus berupa alpha numeric
codes yang disebut G-Codes (NC cata) Dari
tape punched melalui tape reader ,
informasinya dapat ditrensfer menuju memori CNC.
Seperti pada mesin
konvensional, maka untuk mesin CNC juga perlu proses chart. Proses chart member
informasi berupa nomor part, nomor tape
punched, jenis catter dan operator
instruction. Terdapat fungsi-fungsi dan istilah pada mesin CNC yaitu :
1.
Feedrate override, merubah
penyesuaian kecepatan gerak makan dengan persentase dari federate
yang terprogram.
2.
Jog federate override,
merubah kecepatan rapid deplacmentdengan persentase dari kemampuan yang ada.
3.
Spindle override, merubah
penyesuaian kecepatan putaran spindle dengan persentase dari kecepatan putaran spindle yang terprogram.
4.
Optimal stoop, bila
switch pada posisi ON maka program dengan fungsi M 01 akan aktif dan mesin
berhenti.
5.
Dry run,
switch pada posisi ON maka mesin akan bekerja dengan kecepatan maksimal (rapid
deplacment) federate yang terprogram
tidak dilakukan. Digunakan untuk mempercepat gerakan axis.
6.
Machine lock,
bila switch pada posisi ON maka semua axis akan terkunci. Namun program tetap berjalan
ini dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa program.
2.5.3.
CNC Horizontal Machining Center BMC 80.5
Salah satu mesin
CNC yang ada di PT. Dirgantara Indonesia yaitu mesin CNC
Horizontal
Machining Center Type BMC 80.5 (5 Axis). Mesin ini dikatakan
mesin 5 axis (
sumbu gerak) karena memiliki 5 gerak axis yaitu pada sumbu
X,Y,Z,B, dan A.
Pada pemesinan 5-axis, sumbu alat potong bisa
menyesuaikan mengikuti arah normal dari permukaan benda kerja berkontur. Mesin milling 5-axis mempunyai tiga sumbu utama
yang bergerak secara translasi sepanjang sumbu X, Y, dan Z ditambah dua rotary axis.Gaya potong pada proses
pemesinan permukaan berkontur sulit untuk ditentukan dikarenakan selalu
berubahnya geometri bidang potong, Dengan memberikan variasi kecepatan potong
dengan tetap memperhatikan gaya potong sampai batas aman akan menghemat
waktu pemotongan.
Spesifikasi
mesin Toshiba BMC80.5 adalah:
Nama mesin :
CNC Horizontal Machining Center
Type :
BMC 80.5
Pabrik pembuat :
Toshiba Machine Co. Ltd Jepang
Langkah gerakan :
·
Langkah gerakan sumbu X : 1500 mm
·
Langkah gerakan sumbu Y : 1120 mm
·
Langkah gerakan sumbu Z : 1000 mm
·
Langkah gerakan sumbu A : - 90°+30°
·
Langkah gerakan sumbu B : 360°
Meja kerja /
Pallet : 800 X 800 mm
Spindle :
·
Jumlah spindle = 1
·
Kecepatan putaran =
20 – 4500 rpm
·
Spindle power = 11/15 HP
·
Spendle override = 50% - 120%
·
Feedrate override =
0% - 200%
Mesin CNC
Horizontal Machining Center Type BMC 80.5 (5 Axis) bekerja secara otomatis
dengan menjalankan program yang telah disimpan di memory mesinn, memiliki satu
buah spindle dengan kecepatan putaran 20-4500 rpm. Mesin ini juga menggunakan
teknologi ATC ( Automatic Tool Changer), sehingga pergantian cutter dapat dilakukan secara otomatis.
4 comments:
ada gak arah gerak pada mesin milling cnc yg lebih dari 5 aksis ? kalau ada bisa tolong dijelaskan gak salah satunya aja tapi yg lebih dari 5 axis .. makasi sebelumnya :)
Ubtuk yang 6 axis belum dapet infonya gan..!
Kami adalah perusahaan yang khusus menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Gemuk.
Kami menjadi salah satu perusahaan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pabrik-pabrik besar di Indonesia, termasuk kebutuhan akan pelumasan khusus.
Prinsip kami adalah selalu mengembangkan hubungan jangka panjang kepada setiap customer. Bila anda butuh info lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.
Mobile : 0813-1084-9918
Whatsapp : 0813-1084-9918
name : Tommy. K
Email1 : tommy.transcal@gmail.com
1xbet korean bitcoin exchange review, real players, bonuses
The most popular bitcoin exchange is choegocasino 1xbet. 바카라 사이트 With bitcoin exchange you can enjoy real money online 1xbet sports betting games in the comfort of your own home
Post a Comment